Sunday, November 17, 2013

Kebetulan

Saya tidak pernah percaya kebetulan sampai saya mendengar cerita tentang salah satu kawan saya yang baru-baru ini meninggal di Tanah Suci saat melaksanakan ibadah haji. Tapi ini bukan soal dia kebetulan meninggal di Tanah Suci, tapi larena apa yang menimpanya memang adalah sebuah kebetulan yang sangat nyata.

Jadi begini ceritanya. Beberapa minggu yang lalu saya mendengar kabar bahwa kawan saya ini meninggal setelah tertimpa tandu ketika tawaf mengelilingi Ka'bah. Seperti yang kita ketahui ada beberapa jama'ah haji yang sudah kelewat uzur untuk melaksanakan ibadah haji sehingga harus membayar orang untuk menandunya setiap saat, bahkan ketika tawaf. Tapi apa peduli saya soal tandu-menandu ini.

Sebenarnya kawan saya ini adalah satu dari sekian banyak orang yang ketika muda dulu sepertinya tidak akan mampu pergi haji seberapa keraspun dia berusaha bekerja. Semua ciri orang gagal ada padanya mulai dari pemalas, pembohong, dan kata-kata lain yang mungkin terlalu kasar diucapkan kepada orang yang sudah meninggal. Tetapi memang begitulah keadaannya. Sewaktu kecil dia juga termasuk anak yang jahil. Dia selalu mengerjai anak lain yang lebih lemah darinya. Seperti Paimin misalnya, tidak pernah lepas dari kejahilannya. Pernah satu kali dia menggunting rambut Paimin dari belakang ketika pelajaran sedang berlangsung. Paimin yang merasakan ada sesuatu yang bergerak di belakang kepalanya pun sontak berbalik dan menyadari bahwa kawan saya ini memegang gunting di tangannya. Alhasil Paimin pun memiliki pitak sebesar jempol kaki di kepalanya.

Namun saat dewasa kawan saya ini cukup beruntung. Berkat keahliannya bersilat lidah dia berhasil merebut hati anak Wak Haji Darman dan menikahinya kurang dari setahun setelah berpacaran. Kata orang-orang pernikahannya diaksanakan buru-buru karena anak Wak Haji Darman sudah keburu "berisi" sebelum akad nikah dilangsungkan. Dan jadilah kawan saya ini menantu juragan kopra. Hidup enak, makan cukup, istri cantik, dan yang utama tidak perlu susah payah bekerja alias ongkang-ongkang kaki saja di rumah.

Tapi ternyata kawan saya ini selain pemalas juga culas. Setelah beberapa tahun menikah, dia dipercayakan untuk mengelola seluruh usaha Wak Haji. Tetapi dia kemudian kabur membawa lebih dari separuh modal dari Wak Haji Darman bersama istri mudanya.

Sepertinya kita sudah terlalu jauh melenceng dari topik. Kembali ke soal kematian kawan saya ini. Sepertinya memang kebetulan terjadi secara beruntun di waktu itu. Jadi ketika sedang melakukan tawaf, kawan saya ini tiba-tiba  diseruduk dari belakang oleh seseorang yang ternyata adalah Paimin yang pada waktu itu tersandung oleh kaki seorang jama'ah lain yang adalah ternyata istri tua dari kawan saya ini. Akibat diseruduk dari belakang, kawan saya jatuh terjerembab dan ditabrak oleh seorang pemanggul tandu yang terlalu terkejut untuk menghindar dan akhirnya melepaskan tandu yang dipanggulnya untuk menjaga keseimbangan. Akibatnya, tandu yang terlepas ini jatuh tepat mengenai kawan saya yang masih tengkurap di tanah. Tandu itu jatuh di belakang kepala kawan saya yang menyebabkan kawan saya ini meninggal seketika. Penumpang tandu yang jatuh tersebut tidak mengalami luka sama sekali. Hanya sedikit kaget karena ternyata tandu yang ditumpanginya jatuh menimpa mantan menantunya yang kabur beberapa tahun yang lalu. Ya, penumpang tandu itu adalah Wak Haji Darman yang sedang menunaikan ibadah haji bersama anaknya yang adalah mantan istri kawan saya.

Sunday, July 28, 2013

Minat Mendongeng



Beberapa waktu belakangan ini saya tertarik untuk belajar mendongeng. Dongeng cerita rakyat sepertinya bagus. Tapi kebanyakan hanya berkisar pada putri yang cantik, disiksa, punya keterbatasan, dan sengsara hampir sepanjang hidupnya.
Lalu saya berpikir bagaimana bila saya mencoba merekonstruksi sedikit cerita dongeng ini sesuai dengan imajinasi saya?
Sepertinya bagus. Tapi apa pengarangnya bakal marah? Tapi siapa pengarangnya? Mungkin tidak ada yang baal marah. Jadi mari kita mulai saja mengarang ceritanya.

Sunday, March 24, 2013

Tentang Kemerdekaan

Kalau merdeka sudah jadi kewajiban, harusnya bukan merdeka lagi dong. - Dewi Lestari

FREEDOM! - William Wallace

Ya, judulnya "merdeka". Memang bulan Agustus masih lama. Tapi apa salahnya saya bercerita sedikit tentang apa yang saya pikirkan? Apalagi bukan sebuah dosa untuk bercerita tentang kemerdekaan di luar bulan Agustus.

Apa itu merdeka? Kenapa orang harus merdeka? Dan apa betul kita sudah merdeka?

Sore ini saya berdiskusi dengan seseorang (untuk tidak menyebutnya pacar saya dan membuat kalian iri). Ya, pacar saya kali ini bisa diajak berdiskusi yang lumayan berkualitas. Instead of saying, "aku sayang kamu", "jangan tinggalkan aku", "dan "malam minggu nanti kita kemana" seperti kebanyakan pasangan lain, kami memulai pembicaraan dengan frase - frase "kupikir pemikiran seperti ini...", "sistem politik negara kita itu....", dan lain - lain yang menurut kami tidak penting tapi tetap kami bahas. Seperti semalam setelah kami ribut membahas Hitler di malam minggu, kami sadar Hitler dan malam minggu itu bukan kombinasi yang baik.

Tapi saya menulis kali ini bukan mau membahas tentang hubungan kami. Jadi, mari kita lanjutkan saja sebelum saya melenceng terlalu jauh.

Apa itu merdeka?

Definisi KBBI tentang merdeka adalah : mer.de.ka
[a] (1) bebas (dr perhambaan, penjajahan, dsb); berdiri sendiri: sejak proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 itu, bangsa kita sudah --; (2) tidak terkena atau lepas dr tuntutan: -- dr tuntutan penjara seumur hidup; (3) tidak terikat, tidak bergantung kpd orang atau pihak tertentu; leluasa: majalah mingguan --; boleh berbuat dng --

Sedangkan, pendapat Albert Camus tentang kemerdekaan adalah : kemerdekaan tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah kesempatan untuk menjadi lebih baik.

Menurut saya, kemerdekaan itu tentang melakukan sesuatu secara bebas dan tanpa tekanan. Tapi kemudian selalu ada orang lain yang hidup di sekitar kita yang juga ingin merdeka. Maka dalam setiap praktek penggunaan kemerdekaan ini, kita juga harus melihat apa kita melanggar kemerdekaan orang lain atau tidak.

Banyak definisi tentang kemerdekaan, tapi saya tidak mau menjadi profesor ahli bahasa disini. maka mari kita lanjutkan kepada apa yang ada dalam pikiran saya malam ini setelah berdiskusi dengan "seseorang" yang tadi itu.

Kenapa orang harus merdeka?

Kenapa harus? Ya daripada ditindas, mending merdeka. Tapi kenapa harus? Bukannya keharusan berarti pemaksaan? Bukannya memaksa dan merdeka itu adalah 2 terma yang bertolak belakang? Mengapa terpaksa merdeka? Bukankah keterpaksaan berarti ketidakmerdekaan?

Sama seperti di Indonesia. Dalam Undang - Undang dijelaskan bahwa seluruh warga negara memiliki kebebasan dalam memeluk agamanya masing - masing. Tetapi (ada "tapi"nya), harus termasuk dalam agama - agama yang tercantum di Undang - Undang tersebut. Dan juga tidak dibolehkan untuk tidak memeluk agama. Tunggu dulu. Sepertinya ada yang salah disini. Bebas artinya kan semau gue. Jadi harusnya mau agama apa saja, atau tidak beragama sekalipun tidak apa - apa. Tapi kenapa dibatasi cuma beberapa agama saja? Atau kenapa tidak boleh tidak memilih? Bukannya tidak memilih pun adalah sebuah pilihan? Lalu dimana kebebasannya?

Pada masa Orde Baru ada wacana tentang Kriminalisasi Golput (golongan yang tidak berpartisipasi dalam pemilu) yang juga sempat mewacana kembali di tahun 2009. Bahkan salah satu kelompok agama sempat mengeluarkan fatwa haram golput. Lalu kembali kita berpikir, bukankah berpartisipasi dalam pemilu itu adalah hak dan bukan kewajiban. Maka tidak sepantasnya orang melarang orang lain untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Kalau memang tidak ada yang dirasa pas, maka tidak apa - apa tidak memilih. Melarang apalagi sampai mengkriminalisasi para golput adalah sebuah pelanggaran terhadap kebebasan dalam memilih.

Masih banyak contoh lainnya yang terlalu panjang jika kita harus bahas satu - persatu.

Apa betul sekarang kita sudah merdeka?

Pemikiran tentang ini masih terus berlanjut sampai pada saat saya menulis tulisan ini. Benarkah kita merdeka?  Masih ingat bagaimana warga Mesuji dibunuhi karena tidak boleh memiliki lahan nenek moyang mereka? Masih ingat kerusuhan di Rumbia, Bombana akibat perebutan lahan tambang? Itukah ciri kemerdekaan? Bagi saya, kemerdekaan berarti kedamaian. Jika kita belum merasa damai, maka kita belum merdeka. Kemerdekaan semu yang dibungkus kepalsuan harus segera kita akhiri. Rakyat harus melawan. Seseorang harus bergerak. Semua orang harus disadarkan bahwa kita sedang tidak baik - baik saja.

Monday, January 28, 2013

Ethnicity, still important to be a problem?

Beberapa hari yang lalu waktu nongkrong bareng teman2, saya mendapatkan selebaran yang dibagi2kan ke semua orang di tempat itu. Isinya tentang adanya ketersinggungan dari salah satu komunitas etnis lokal terhadap komunitas lain yang dianggap tidak lokal. Saya jujur saja tidak terlalu mengerti apa duduk perkaranya. Tetapi kemudian hal ini menjadi lucu sekaligus meresahkan bagi saya. Mengapa semakin banyak orang rasis di dunia ini.
Selebaran itu menghimbau kepada semua orang untuk ikut mengepung dan melakukan pengganyangan terhadap masyarakat beretnis cina karena telah melecehkan salah satu warga toraja. Sy kemudian bertanya, apa beda suku toraja dan cina hari ini? Mereka sama2 lahir disini, besar disini, hidup disini, sama2 makan nasi, minum jg dari sumber air yang sama. Tapi kenapa mesti ada yang pribumi ada yang pendatang? KTP pun sama2 keluaran Indonesia, tapi kenapa harus ada yang diganyang? Kenapa sensitifitas etnis selalu dijaga? Kenapa perbedaan selalu diperuncing?
Tadi sore saya sempat mengobrol dengan salah seorang kawan tentang masalah ini. Kami memperbincangkan soal banyaknya ekslusi antar etnis yang terjadi di Indonesia pada umumnya dan Makassar pada khususnya. Lucu juga mendengar bagaimana dengan gampangnya orang tersulut untuk melukai dan bahkan membunuh orang2 di luar etnisnya hanya karena masalah yang sebenarnya tidak akan seperti itu jika yang melakukan adalah sesama etnisnya. Saya jd ingat film “Rush Hour”. Bagaimana sangat berbeda respon orang2 kulit hitam waktu mendengar Chris Tucker yang berkata “What’s up my nigga?” dengan sewaktu Jackie Chan yang menyebutkannya. Kenapa orang begitu reaktif terhadap hal2 yang sebenarnya cukup sepele.
Kembali ke konflik pribumi dan non pribumi di Makassar. Konflik berbau rasial memang bukanlah hal yang pertama terjadi di Makassar. Bahkan di Indonesia hal ini sudah biasa terjadi. Dan lucunya, sepertinya penguasa memang melanggengkan hal ini terjadi. Taruhlah contoh peristiwa Toko La’. Atau kasus Benny di tahun 1995. Tidak dapat diredam dengan mudah oleh penguasa. Padahal pemerintah sendiri yang terus menerus mendengungkan program pengintegrasian masyarakat.
Lalu hari ini eksklusifitas terjadi dimana2. Orang yang mengaku pribumi hanya bergaul dengan pribumi. Orang cina hanya bergaul dengan cina. Lalu pertanyaan timbul, apakah orang cina sebagai pendatang merasa diri superior sehingga tidak ingin bergabung dalam komunitas pribumi? Ternyata jawabannya tidak. Konflik2 laten yang terpelihara sejak jaman baheula mempunyai andil besar dalam proses disintegrasi antar etnis yang terjadi di Makassar. Bahkan dalam kehidupan sehari2 kita dapat mendengar lelucon2 orang2 tentang orang cina. Hal inilah yang ternyata bukannya membuat orang cina menjadi merasa superior, malah menciptakan perasaan inferior dalam diri mereka sehingga terjadi sekat2 etnis dalam masyarakat. Rasa inferior ini yang kemudian menjadikan orang2 cina semakin tertutup bahkan dalam kegiatan ekonominya. Wajar saja jika kemudian roda perekonomian di Makassar dikuasai orang yang itu2 saja. Dan hal ini juga banyak memicu kecemburuan sosial karena orang cina yang dianggap pendatang ternyata menjadi majikan dari penduduk lokal. Tapi jika kita berkaca pada apa yang kita lakukan sehari2, seharusnya kita sadar bahwa secara tidak sadar kita sendirilah yang membuat sekat2 ini semakin tebal. Dan seharusnya masalah ini dapat terselesaikan bukan dengan cara pengepungan dan pengganyangan.
Proses integrasi di Indonesia bukan sekedar mimpi. Berkembangnya teknologi komunikasi dan kualitas pendidikan seharusnya membuat kita sadar bahwa semestinya tidak usah lagi ada etnis Superior ataupun Inferior. Seharusnya yang kita tuntut adalah agar kita memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan setiap fasilitas yang kita butuhkan. Bukannya malah kembali ke jaman batu dimana suku A dan suku B saling membenci dan berakhir di ujung parang.
Seharusnya budaya Siri’ yang dimiliki oleh orang lokal diperlakukan lebih intelektual dibanding hari ini.

diposkan 11 bulan yang lalu di prayudasaid.tumblr.com)

Public United Not Kingdom versus Serambi Mekah

Apa jadinya bila otoritas terlalu ditinggikan? Apa jadinya bila agama selalu dijadikan alasan? Apa jadinya bila agama dan otoritas bersinergi untuk menindas?
Itu lah yang terjadi dan dirasakan oleh 65 punkers (istilah untuk anak punk) di Aceh yg ditangkapi usai konser amal punkers di Banda Aceh beberapa hari silam. Mungkin penangkapannya bukan kasus spesial. Tp alasan penangkapan danperlakuan setelah penangkapan itu yg cukup menarik untuk dibahas.
Sebenarnya alasan penangkapannya cukup menggelikan dan tidak seharusnya keluar dari mulut orang2 penting seperti pejabat kepolisian setempat yg mengatakan mereka ditangkap karena potongan rambutnya tdk sesuai syariat. Hai Pak! Sejak kapan Islam ngatur model rambut? Belum lg perlakuan yg diterima anak punk ini setelah rambutnya digunduli. Mereka diceburkan ke danau di dekat SPN Seulawah. Kemudian waktu pejabat polisi ini ditanya alasan penceburannya, jawabannya karena itu tradisi kepolisian dan dulu waktu dia masuk Akpol juga dibegitukan. Hey, ini anak punk sob, bukan polisi. Kami rakyat sipil. Tidak mau tau apa tradisi di kepolisian.
Salah satu tokoh masyarakat pun berpendapat cukup aneh ketika ditanya tentang ini. Katanya anak punk itu pantas digunduli karena rambut mohawk mereka menghina Islam, mereka jarang mandi, bertatto, dan hidup di jalanan. Tolonglah pak… Sejak kapan ada model rambut yg menghina dan memuji? Jangan asal bunyi lah. Lagian kalo orang jarang mandi, bertatto, dan hidup di jalan kenapa? Ideologi Islam tidak tumbuh dari kepala yg botak dan baju koko.
Bukannya ini negara demokrasi ya? Bukannya disini org bebas berperilaku apa saja selama tdk merugikan orang lain? Bukannya disini jg tdk ada pemaksaan pemahaman politik dan keagamaan ya? Tapi kenapa yang sy lihat berbeda?
Kenapa model rambut dan penampilan dibatasi? Apa yg salah dgn celana belel dan rambut mohawk? Konstitusi Indonesia tidak pernah mengatur model rambut dan gaya berpakaian. Kenapa anak punk ditangkapi? Apa yg salah dgn gaya hidup mereka yg suka protes? Bukannya itu bagian dari dinamika demokrasi? Kenapa mereka dibungkam bahkan sebelum mereka bersuara? Inilah suara nyata rakyat bangsa, yg ingin didengarkan, yg ingin dihargai. Semua orang berhak bersuara, semua orang berhak didengarkan. Pemerintah jangan otoriter, tokoh agama jgn suka omong kosong. Surga bukan kalian yg cetak tiketnya.
Citra Indonesia tdk dirusak oleh punkers. Orang2 tualah yg merusak bangsa ini. Rambut mohawk tidak menimbulkan keributan, tp korupsilah yg memicunya.
Punk Indonesia bersatulah. Tinggalkan otoritas, bangun komunitas. Satu bumi tanpa penindasan. Public United!!!

(diposkan setahun yang lalu di prayudasaid.tumblr.com)

Asap Hitam Titik Api

Sy yakin beberapa orang yg membaca ini pasti akan menganggap sy latah krn menulis tentang ini. Tapi apa salahnya orang menulis? Kelatahan bukan sebuah kesalahan menurut sy.
Akhir2 ini hampir semua orang akan bergetar hatinya ketika mendengar nama Sondang Hutagalung. Orang yg bagi sebagian kalangan cukup nekat untuk membakar dirinya di depan istana beberapa waktu yg lalu. Bentuk perlawanan jenis barukah? Ternyata tidak.
Bunuh diri sebagai aksi protes sudah sering dilakukan dalam proses sejarah umat manusia. Sebut saja aksi bakar diri biksu Thich Quang Duc di Vietnam Selatan menentang pemerintahan masa perang. Atau Romas Kalanta di Lithuania, dan Milachi Ritscher di AS. Bahkan di tahun 2010 pun aksi bakar diri masih menjadi trend perlawanan. Mohammed Bouazizi dari Tunisia tercatat sebagai salah satu orang yg menentang pemerintahan Tunisia dengan aksi bakar diri. Dan peristiwa itu memang menjadi trigger revolusi Tunisia yg terjadi hari ini. Jadi, bakar diri sebagai aksi protes bukanlah hal baru.
Namun yg banyak orang pertanyakan adalah mengapa sampai keputusan bakar diri ini yg diambil oleh Sondang almarhum. Bukankah banyak aksi lain yg bisa dilakukan? Mungkin bagi Sondang itu jalan terbaik. Aksi protes yg dilancarkan lebih banyak terbentur di pagar betis polisi huru hara dan dipukul balik oleh pentungannya. Mungkin orasi dan teatrikal bukan lg media protes yg baik bagi Sondang.
Mungkin dengan membakar diri di depan istana Sondang ingin membuka mata rakyat Indonesia bahwa kita tidak sedang baik2 saja. Kita sedang dalam masalah. Kita sedang ditipu oleh angka2 tentang kemajuan Indonesia hari ini. Semua angka itu bohong. Tidak ada kemajuan bagi kita, yang ada hanya hutang. Dana hibah pun sifatnya pinjaman. Gerakan separatis dimana2. Persatuan bukan lagi milik rakyat Indonesia.
Lalu mengapa mesti di depan istana? Ya karena di dalam istana itulah bercokol setiap orang yg menjadi momok bangsa ini. Yang menjadi beban bagi rakyat Indonesia. Yang menghambat kemajuan rakyat Indonesia. Yang di setiap doa2 malamnya selalu mendoakan agar rakyat Indonesia semakin bodoh agar kekayaan mereka terus bertambah. Titik api sesungguhnya ada di dalam istana merdeka.
Api telah tersulut dan asap hitam telah mengepul. Revolusi harus berkobar walaupun harus lebih banyak Sondang lain yg menjadi kayu bakarnya. Titik api harus terus mengeluarkan asap hitam, agar seluruh dunia tahu kita tidak baik2 saja.
UNTUK SONDANG, UNTUK INDONESIA.

(diposkan setahun yang lalu di prayudasaid.tumblr.com)

For You

Aku tak peduli…
walaupun ada cewek lain yang lebih cantik
lebih gaul, lebih semok, lebih mantap.
Tak mungkin aku menilai penampilanmu,
penampilanku saja jarang ku peduli.
Aku katamu:
Anak jalanan,
perokok, jarang mandi,
bajunya itu - itu saja.
Tak ada yang menarik.
Aku bagimu:
Sahabat, Kakak,
Kekasih (mungkin).
Aku untukmu:
Tak pernah habis waktu memikirkanmu.
Jadi jangan salahkan aku tak memikirkan diriku.
Semuanya habis untukmu.
Aku bagiku:
Payah, serampangan.
Tidak punya banyak duit buat beli baju mahal untukmu.
Tidak punya kerjaan yang bisa kau banggakan.
Tidak punya teman orang terpandang yang bisa kau ceritakan pada teman - temanmu.
Kau bagimu:
Lengan besar,
Perut gendut,
Jerawatan,
Postur berantakan.
Tapi apa semua itu penting?
Karena kau bagiku:
Tanpa cela.

(diposkan setahun yang lalu di prayudasaid.tumblr.com)

Curhat Kapitalis Genital

Sudah kukira bakal beginilah akhirnya. Bukan aku yang salah tapi kau.
Pagi ini aku terbangun melihatmu sekali lagi tanpa sehelai benangpun. Masih memuaskanku seperti dulu. Hanya saja kini kau membosankan. Aku bosan dengan variasi permainanmu yang itu – itu saja. Aku bosan melihat tubuh yang itu – itu saja. Aku bosan melihat payudara yang menggantung lemas, perut yang bergelambir, dan kemaluan basah yang itu – itu saja. Tak lagi rapat, tak lagi nikmat. Ibarat rahang, oklusinya tak lagi sempurna. Terlalu sering mengalami dislokasi karena melahirkan. Dahulu sudah kuperingatkan kau untuk operasi caesar bukan? Bukan supaya kau tak merasakan sakitnya melahirkan, itu cuma alasan saja. Semua karena aku tak mau hal ini terjadi. Kemaluanmu tak rapat, akupun tak puas.
Pagi hari selalu kuhabiskan meratapi nasib di kamar mandi. Duduk di kloset sambil berpura – pura melakukan tugas suci di pagi hari. Mengisap sebatang atau bahkan dua batang rokok supaya baunya kotorannya tak terlalu berasa. Sebenarnya bukan karena pencernaanku yang buruk sehingga aku berlama – lama. Hanya saja aku malas berlama – lama denganmu di pagi hari. Aku malas melihatmu menyiapkan sarapan sambil berkotek. Terlalu banyak keluhan, terlalu banyak permintaan. Padahal semua keinginanmu sudah kupenuhi. Anak kita belajar di sekolah yang terbaik, rumah kita yang termegah di kompleks ini, bahkan mobil, pakaian, dan perhiasan pun kau yang terbaik di antara ibu – ibu teman arisanmu yang sama memuakkannya. Ibu bapakmu pun aku yang membiayai pergi haji. Jadi kini kau tahu bahwa aku lebih nyaman bersama kotoran daripada dirimu.
Masuk kantor aku uring – uringan. Tak mungkin mood ku bagus bila setiap pagi bertemu nenek sihir penggerutu yang bahkan di malam hari pun tetap menjadi nenek – nenek tak punya gairah. Detik, menit, dan jam berjalan sangat lambat mengikuti nasibku yang juga sepertinya sangat lambat. Namun yang tak pernah kau tahu, aku selalu sudah check out dari kantor saat jam makan siang dan melanjutkan pekerjaanku di hotel kelas melati. Check in.
Awalnya aku berusaha menjadi suami yang setia. Jujur saja akupun tak nyaman setiap kali berhadapan dengan resepsionis hotel yang sepertinya sudah bosan untuk bertanya hal yang sama bila ada yang memesan kamar transit. Namun otakku sudah lama bergeser dari kepala ke kemaluan. Seperti pula dirimu yang menyimpan otak dalam tas belanjaan. Aku tak tahu bagaimana caranya dirimu bisa orgasme setiap membelanjakan uangku. Tapi aku tahu kau mengalaminya. Aku melihat tubuhmu gemetar dan suaramu menjadi serak setiap kali kau merogoh dompetmu untuk membelanjakan uangku. Dan aku tahu itulah puncak orgasmemu. Aku mengenali reaksi seksualmu sayang.
Aku juga tahu kau menyewa detektif swasta untuk membuntutiku setiap hari. Tapi maaf beribu maaf sayang, uangmu tak ada apa – apanya dibanding uangku. Detektif itu ada di kamar sebelah menitipkan cairannya pada perempuan langganannya. Darimana dia mendapatkan uangnya? Tak usah penasaran, kau tahu jawabannya. Aku.
Malam ini kau kutinggalkan bukan karena aku tak suka lagi padamu. Aku suka padamu. Seperti aku menyukai perempuan itu, yang kunikmati tubuhnya setiap hari dikala tubuhmu hambar kurasakan. Aku pergi dengannya bukan karena aku benci pada anak – anak yang kau berikan. Aku menyayangi mereka. Seperti sayangnya aku pada anakku yang dikandung perempuan itu. Tak apa kau menyumpah. Akupun yakin suatu saat akan bosan dengan perempuan ini. Tapi aku yakin akan tetap ada perempuan lain yang setia mengantri untuk kunikmati tubuhnya dengan harga yang pantas.
Saat kau membaca surat ini, pasti aku sudah jauh. Jangan mencariku karena aku takkan kembali.
Dan kukira, begitulah akhirnya.
###
Sudah kukira bakal beginilah akhirnya. Bukan aku yang salah tapi kau.
Aku tahu setiap pagi kau terbangun dengan wajah lesu setelah gagal meraih kenikmatan pada malam kau menagihnya dariku. Akupun paham kau meminta jatah hanya karena perempuan itu kedatangan tamu bulanan. Aku hanya heran melihatmu masih tahan dengan tubuhku yang aku yakin tidak semenggairahkan dahulu. Akupun bosan melihat payudara yang menggantung lemas, perut yang bergelambir, dan kemaluan basah yang itu – itu saja. Tapi apakah kau sadar aku lebih bosan melihat kemaluanmu yang juga itu – itu saja? Bahkan untuk ereksi pun kau harus minum obat kuat lebih banyak 3 kali dari dosis yang dianjurkan. Ibarat rumah, kau membangunnya tanpa pondasi. Entah karena terlalu sering dipakai, atau kau yang memang sudah payah. Belum lagi perutmu yang maju sangat jauh dari ukuran normal. Kau bagaikan perempuan yang mempunyai payudara tetapi lengketnya bukan di dada melainkan di perut. Dahulu sudah kuperingatkan untuk berolahraga, tapi kau malah sibuk bersenang – senang. Hal ini makin membuat malam kita tak pernah maksimal karena terganjal perutmu saat kau menindihku. Dan aku yakin semua perempuan yang pernah bersamamu di hotel kelas melati itu juga merasakan yang sama. Kemaluanmu tak tegang, perutmu besar, akupun tak puas.
Pagi hari aku selalu bangun lebih awal agar kau tak perlu berlama – lama di kamar mandi. Aku tahu kau melakukannya untuk menghindari mengobrol di pagi hari denganku. Dan akupun tahu sia – sia membujukmu dengan makanan lezat. Perutmu tak lapar, kemaluanmu yang lapar.
Ketika kau pergi ke kantor, aku berusaha menghabiskan semua harta yang kau berikan agar kau makin keras bekerja. Aku melakukannya agar kau punya alasan bekerja lebih lama di luar. Seharusnya kau berterimakasih padaku karena membantumu mencari alasan menghindariku. Lebih lama kau tak bersamaku, lebih bahagia dirimu. Aku tahu itu. Dan aku selalu bahagia melihatmu bahagia.Setiap kali kubelanjakan uangmu tubuhku bergetar dan suaraku serak, tapi bukan karena aku senang. Tapi karena aku tahu betapa sulitnya kau mencari uang ini. Aku tahu kau tak senang jika aku belanja berlebihan. Tapi apa aku punya pilihan lain?
Awalnya aku menyewa detektif itu untuk membuntutimu, agar aku tahu apa saja yang kau lakukan. Aku butuh lebih dari 2 mata untuk menemukanmu. Namun lama – lama aku merasa dia lebih berguna untuk memuaskanku daripada membuntutimu. Apa kau tak tahu bahwa kita selalu berlomba meraih kenikmatan pada waktu yang sama di dalam kamar yang berbeda di hotel itu? Dan apa kau tahu darimana dia mendapatkan uangnya? Tak usah penasaran, kau tahu jawabannya. Kau sayang.
Malam ini kau kutinggalkan bukan karena aku tak suka lagi padamu. Aku suka padamu. Seperti aku menyukai detektif itu, yang kunikmati keperkasaannya kapanpun aku mau. Aku pergi dengannya bukan karena aku membenci benih – benih yang pernah kau titipkan di rahimku. Aku menyayangi mereka. Hanya saja, hari ini ada benih lain yang harus kurawat di dalam rahimku. Tak apa kau menyumpah. Akupun yakin suatu hari detektif ini hanya akan menjadi seorang detektif tanpa keperkasaan lagi. Tapi aku yakin akan tetap ada lelaki yang rela mengorbankan keperkasaannya yang ditukar dengan segepok uang.
Saat kau membaca surat ini, pasti aku sudah jauh. Jangan mencariku karena aku takkan kembali.
Dan kukira, begitulah akhirnya.
###
Sudah kukira bakal beginilah akhirnya. Lalu mengapa harus ada yang disalahkan?
Aku bangun pagi ini, bersiap – siap, dan menunggu pacarku menjemputku ke sekolah. Dia anak yang baik. Dia selalu mengira aku juga gadis baik – baik. Tak pernah sekalipun dia menciumku. Memegang tanganku pun dia takut.
Aku selalu menggodanya melakukan hal yang semestinya dilakukan orang pacaran jaman sekarang. Berciuman misalnya, bahkan lebih dari itupun aku siap. Mungkin aku begini karena dia bukan yang pertama. aku selalu menikmati menggodanya saat kami punya kesempatan berdua. Pernah sekali kupaksa dia melakukannya di kamar kost ku. Awalnya dia gemetar karena gugup, tapi akhirnya dia bisa rileks juga. Namun pertahanannya jebol kurang dari semenit sejak dia mulai memasukkan kemaluannya di dalam milikku. Celakanya lagi aku lupa memasangkan kondom kepadanya, padahal hari itu masa suburku. Saat itu dia hanya mampu berkata, “Aku mencintaimu, Yanti”.
Aku memacarinya memang bukan murni karena cinta. Tapi selain tampan aku juga menyukai keroyalannya terhadap diriku. Dia suka membelanjakanku, mulai dari makan bakso di pinggir jalan, hingga jalan – jalan ke luar kota. Tapi uangnya tak mampu membeliku sepenuhnya untuk dia. Aku juga berkelana dari satu kamar hotel ke kamar hotel lainnya. Mulai dari bercinta di bath tub, hingga sofa bulu angsa di kamar suite hotel bintang lima telah kucoba. Berbagai macam model pelanggan sudah kurasakan. Mulai dari pekerja kantoran yang pas – pasan, hingga pejabat tinggi yang royal sekalipun. Tak ada yang menolak jika kupasang tarif tinggi, tak ada yang menolak tubuh anak SMA yang segar sepertiku.
Pelanggan paling royal ku adalah om – om yang kutaksir seumur dengan mendiang ayahku. Dia membiayaiku mulai dari baju, handphone, bahkan sampai kamar kost mewah yang kutempati hari ini. Aku tahu dia bukan orang sembarangan, yang aku herankan dengan uang yang dia miliki kenapa dia hanya menyewa hotel kelas melati ketika membooking ku.
Kemarin sepulang sekolah aku mual. Tapi berusaha kutahan karena om itu memanggilku ke tempat yang biasa. Memang hampir tiap hari sepulang sekolah dia langsung minta dilayani. Aku tidak melayaninya hanya pada saat aku datang bulan. Di luar hari itu aku harus selalu siap. Namun saat tiba di hotel aku langsung muntah. Wajahku pucat dan tubuhku limbung. Kejadian ini membuat om curiga dan bertanya padaku. Akupun menjawab sekenanya bahwa aku hamil dan ini anaknya, sekalipun sebenarnya ini anak pacarku.
Hari ini om melarangku ke sekolah karena dia berencana membawaku pergi. Ia bilang sebaiknya aku pindah dari kota ini untuk menghindari fitnah. Padahal aku tahu dia membawaku keluar dari kota hanya supaya tidak ketahuan istrinya. Sebelum pergi aku merasa berkewajiban memberitahu pacarku untuk tidak mencariku lagi. Tapi karena handphone ku sudah diambil om sejak semalam, maka aku meminjam handphone om dengan alasan memberitahu keluargaku bahwa aku akan pindah.
Lalu kukirimkan sms padanya, “Tak usah mencariku lagi, aku sudah pergi bersama orang lain. Kita putus. Yanti ”.
Dan kukira, begitulah akhirnya.
###
Sudah kukira bakal beginilah akhirnya. Aku tak tahu siapa yang salah.
Aku tak tahu mengapa ayah selalu berlama – lama di kamar mandi pada pagi hari. Tapi tak apa selama sarapan selalu tersedia lebih awal. Aku tiap hari harus ke sekolah buru – buru untuk menjemput pacarku. Sehingga ada baiknya jika sarapan selalu tersedia lebih awal. Tapi pagi ini pacarku tak bisa dihubungi.
Pagi ini di sekolah semua seperti biasa. Guru menjelaskan, teman – temanku bermain dan bercanda, bujang sekolah masih menjadi jongos, bahkan preman di sekitar sekolah masih juga memalaki siswa – siswa culun yang ada. Hanya saja pacarku tak masuk sekolah.
Aku tak tahu mengapa orang tuaku selalu sibuk. Tapi tak jadi masalah bila semua kebutuhanku terpenuhi. Seperti hari ini sepulang sekolah aku janji mentraktir teman – temanku makan di luar. Uang sudah di tangan, tinggal membuat kesepakatan dimana sebaiknya kuhabiskan uang ini. Tapi aku masih berpikir kemana pacarku sejak tadi tak bisa dihubungi.
Aku baru tiba di rumah sekitar pukul 11 malam ketika kutemukan secarik kertas di meja makan dan secarik lagi di ruang tamu dari ayah dan ibuku. Pacarku masih tak bisa dihubungi. Aku tahu mereka akan pergi untuk waktu yang sangat lama hingga urusan mereka selesai. Aku bahkan tak tahu di kemudian hari bakal ikut siapa. Namun tak jadi masalah bila semua kebutuhanku terpenuhi. Tapi kemana pacarku sekarang?
Lalu ada sms masuk ke handphone ku. Dari ayahku. Katanya, “Tak usah mencariku lagi, aku sudah pergi bersama orang lain. Kita putus. Yanti ”. Langit runtuh.
Aku sadar inilah akhirnya. Dan aku sungguh tak tahu siapa yang salah.
Makassar, 25 April 2011

(diposkan setahun yang lalu di prayudasaid.tumblr.com)
mencoba menulis cerpen dan akhirnya sy sadar sy tidak cocok

Mau Jadi Apa Saya Ini?

Tidur dan matahari pagi yang cerah memang bukan perpaduan yang serasi. Tapi hari ini seperti biasa saya tetap melakukannya. Padahal alarm handphone bersahut-sahutan berteriak tanpa belas kasihan ingin membangunkan saya. Belum lagi dering telepon dan nada sms masuk dari teman-teman yang mengingatkan untuk segera beranjak ke kampus. Hal ini telah terjadi berhari-hari. Lalu dimana saya saat itu? Alam mimpi.
Mau jadi apa mahasiswa yang tiap hari bangunnya siang? Yang hobinya cuma main dan jalan-jalan. Harusnya saya bangun pagi dan menikmati hari. Tapi instead of facing the day, i prefer to sleep. Mau jadi apa saya ini.
Terbangun di sore hari saya mandi dan ke cafe. Menikmati secangkir kopi sambil melihat matahari terbenam di batas horizon pantai losari. Dengan siapa? Tidak dengan siapapun. I need a space for myself today. Sampai kapan? Tidak tahu. Lalu mau jadi apa saya ini.
I’m tired. Really tired. Mungkin malam ini saya akan stay di gorky park. Atau menghubungi seorang sahabat untuk menumpang di garden of eden. Atau mungkin saya akan tetap di cafe ini dan merenung, mau jadi apa saya ini…

(diposkan setahun yang lalu di prayudasaid.tumblr.com)
sampai sekarang pun masih berpikir mau jadi apa saya ini... 

Memori Subuh Hari

Tik.tik.tik…bunyi hujan
Tik.tik.tik…pesan terkirim
Tik.tik.tik…twit terkirim
Tik.tik.tik…bunyi hujan (lagi)
Kau tahu aku merindu
Akupun tahu kau merindu
Bukan rindu yg biasanya
Tapi rindu hebat yg mampu guncangkan fajar pagi
Dan hanya dirimu yg mampu menawarkan racun rindu ini
Lalu…
Tit.tit.tit…1 pesan diterima

(diposkan setahun yang lalu di prayudasaid.tumblr.com)