Monday, January 28, 2013

Public United Not Kingdom versus Serambi Mekah

Apa jadinya bila otoritas terlalu ditinggikan? Apa jadinya bila agama selalu dijadikan alasan? Apa jadinya bila agama dan otoritas bersinergi untuk menindas?
Itu lah yang terjadi dan dirasakan oleh 65 punkers (istilah untuk anak punk) di Aceh yg ditangkapi usai konser amal punkers di Banda Aceh beberapa hari silam. Mungkin penangkapannya bukan kasus spesial. Tp alasan penangkapan danperlakuan setelah penangkapan itu yg cukup menarik untuk dibahas.
Sebenarnya alasan penangkapannya cukup menggelikan dan tidak seharusnya keluar dari mulut orang2 penting seperti pejabat kepolisian setempat yg mengatakan mereka ditangkap karena potongan rambutnya tdk sesuai syariat. Hai Pak! Sejak kapan Islam ngatur model rambut? Belum lg perlakuan yg diterima anak punk ini setelah rambutnya digunduli. Mereka diceburkan ke danau di dekat SPN Seulawah. Kemudian waktu pejabat polisi ini ditanya alasan penceburannya, jawabannya karena itu tradisi kepolisian dan dulu waktu dia masuk Akpol juga dibegitukan. Hey, ini anak punk sob, bukan polisi. Kami rakyat sipil. Tidak mau tau apa tradisi di kepolisian.
Salah satu tokoh masyarakat pun berpendapat cukup aneh ketika ditanya tentang ini. Katanya anak punk itu pantas digunduli karena rambut mohawk mereka menghina Islam, mereka jarang mandi, bertatto, dan hidup di jalanan. Tolonglah pak… Sejak kapan ada model rambut yg menghina dan memuji? Jangan asal bunyi lah. Lagian kalo orang jarang mandi, bertatto, dan hidup di jalan kenapa? Ideologi Islam tidak tumbuh dari kepala yg botak dan baju koko.
Bukannya ini negara demokrasi ya? Bukannya disini org bebas berperilaku apa saja selama tdk merugikan orang lain? Bukannya disini jg tdk ada pemaksaan pemahaman politik dan keagamaan ya? Tapi kenapa yang sy lihat berbeda?
Kenapa model rambut dan penampilan dibatasi? Apa yg salah dgn celana belel dan rambut mohawk? Konstitusi Indonesia tidak pernah mengatur model rambut dan gaya berpakaian. Kenapa anak punk ditangkapi? Apa yg salah dgn gaya hidup mereka yg suka protes? Bukannya itu bagian dari dinamika demokrasi? Kenapa mereka dibungkam bahkan sebelum mereka bersuara? Inilah suara nyata rakyat bangsa, yg ingin didengarkan, yg ingin dihargai. Semua orang berhak bersuara, semua orang berhak didengarkan. Pemerintah jangan otoriter, tokoh agama jgn suka omong kosong. Surga bukan kalian yg cetak tiketnya.
Citra Indonesia tdk dirusak oleh punkers. Orang2 tualah yg merusak bangsa ini. Rambut mohawk tidak menimbulkan keributan, tp korupsilah yg memicunya.
Punk Indonesia bersatulah. Tinggalkan otoritas, bangun komunitas. Satu bumi tanpa penindasan. Public United!!!

(diposkan setahun yang lalu di prayudasaid.tumblr.com)

No comments: