Sy yakin beberapa orang yg membaca ini pasti akan
menganggap sy latah krn menulis tentang ini. Tapi apa salahnya orang
menulis? Kelatahan bukan sebuah kesalahan menurut sy.
Akhir2 ini hampir semua orang akan bergetar hatinya ketika mendengar nama Sondang Hutagalung. Orang yg bagi sebagian kalangan cukup nekat untuk membakar dirinya di depan istana beberapa waktu yg lalu. Bentuk perlawanan jenis barukah? Ternyata tidak.
Bunuh diri sebagai aksi protes sudah sering dilakukan dalam proses sejarah umat manusia. Sebut saja aksi bakar diri biksu Thich Quang Duc di Vietnam Selatan menentang pemerintahan masa perang. Atau Romas Kalanta di Lithuania, dan Milachi Ritscher di AS. Bahkan di tahun 2010 pun aksi bakar diri masih menjadi trend perlawanan. Mohammed Bouazizi dari Tunisia tercatat sebagai salah satu orang yg menentang pemerintahan Tunisia dengan aksi bakar diri. Dan peristiwa itu memang menjadi trigger revolusi Tunisia yg terjadi hari ini. Jadi, bakar diri sebagai aksi protes bukanlah hal baru.
Namun yg banyak orang pertanyakan adalah mengapa sampai keputusan bakar diri ini yg diambil oleh Sondang almarhum. Bukankah banyak aksi lain yg bisa dilakukan? Mungkin bagi Sondang itu jalan terbaik. Aksi protes yg dilancarkan lebih banyak terbentur di pagar betis polisi huru hara dan dipukul balik oleh pentungannya. Mungkin orasi dan teatrikal bukan lg media protes yg baik bagi Sondang.
Mungkin dengan membakar diri di depan istana Sondang ingin membuka mata rakyat Indonesia bahwa kita tidak sedang baik2 saja. Kita sedang dalam masalah. Kita sedang ditipu oleh angka2 tentang kemajuan Indonesia hari ini. Semua angka itu bohong. Tidak ada kemajuan bagi kita, yang ada hanya hutang. Dana hibah pun sifatnya pinjaman. Gerakan separatis dimana2. Persatuan bukan lagi milik rakyat Indonesia.
Lalu mengapa mesti di depan istana? Ya karena di dalam istana itulah bercokol setiap orang yg menjadi momok bangsa ini. Yang menjadi beban bagi rakyat Indonesia. Yang menghambat kemajuan rakyat Indonesia. Yang di setiap doa2 malamnya selalu mendoakan agar rakyat Indonesia semakin bodoh agar kekayaan mereka terus bertambah. Titik api sesungguhnya ada di dalam istana merdeka.
Api telah tersulut dan asap hitam telah mengepul. Revolusi harus berkobar walaupun harus lebih banyak Sondang lain yg menjadi kayu bakarnya. Titik api harus terus mengeluarkan asap hitam, agar seluruh dunia tahu kita tidak baik2 saja.
UNTUK SONDANG, UNTUK INDONESIA.
(diposkan setahun yang lalu di prayudasaid.tumblr.com)
Akhir2 ini hampir semua orang akan bergetar hatinya ketika mendengar nama Sondang Hutagalung. Orang yg bagi sebagian kalangan cukup nekat untuk membakar dirinya di depan istana beberapa waktu yg lalu. Bentuk perlawanan jenis barukah? Ternyata tidak.
Bunuh diri sebagai aksi protes sudah sering dilakukan dalam proses sejarah umat manusia. Sebut saja aksi bakar diri biksu Thich Quang Duc di Vietnam Selatan menentang pemerintahan masa perang. Atau Romas Kalanta di Lithuania, dan Milachi Ritscher di AS. Bahkan di tahun 2010 pun aksi bakar diri masih menjadi trend perlawanan. Mohammed Bouazizi dari Tunisia tercatat sebagai salah satu orang yg menentang pemerintahan Tunisia dengan aksi bakar diri. Dan peristiwa itu memang menjadi trigger revolusi Tunisia yg terjadi hari ini. Jadi, bakar diri sebagai aksi protes bukanlah hal baru.
Namun yg banyak orang pertanyakan adalah mengapa sampai keputusan bakar diri ini yg diambil oleh Sondang almarhum. Bukankah banyak aksi lain yg bisa dilakukan? Mungkin bagi Sondang itu jalan terbaik. Aksi protes yg dilancarkan lebih banyak terbentur di pagar betis polisi huru hara dan dipukul balik oleh pentungannya. Mungkin orasi dan teatrikal bukan lg media protes yg baik bagi Sondang.
Mungkin dengan membakar diri di depan istana Sondang ingin membuka mata rakyat Indonesia bahwa kita tidak sedang baik2 saja. Kita sedang dalam masalah. Kita sedang ditipu oleh angka2 tentang kemajuan Indonesia hari ini. Semua angka itu bohong. Tidak ada kemajuan bagi kita, yang ada hanya hutang. Dana hibah pun sifatnya pinjaman. Gerakan separatis dimana2. Persatuan bukan lagi milik rakyat Indonesia.
Lalu mengapa mesti di depan istana? Ya karena di dalam istana itulah bercokol setiap orang yg menjadi momok bangsa ini. Yang menjadi beban bagi rakyat Indonesia. Yang menghambat kemajuan rakyat Indonesia. Yang di setiap doa2 malamnya selalu mendoakan agar rakyat Indonesia semakin bodoh agar kekayaan mereka terus bertambah. Titik api sesungguhnya ada di dalam istana merdeka.
Api telah tersulut dan asap hitam telah mengepul. Revolusi harus berkobar walaupun harus lebih banyak Sondang lain yg menjadi kayu bakarnya. Titik api harus terus mengeluarkan asap hitam, agar seluruh dunia tahu kita tidak baik2 saja.
UNTUK SONDANG, UNTUK INDONESIA.
(diposkan setahun yang lalu di prayudasaid.tumblr.com)
No comments:
Post a Comment